Tampilkan postingan dengan label Corruption. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Corruption. Tampilkan semua postingan

Eli Cohen's Email - Indonesian Footbal Biggest Scandal

JAKARTA, KOMPAS.com - Surat elektronik yang dikirimkan Eli Cohen cukup mengejutkan publik. Sekretaris Umum PSSI, Nugraha Besoes, menyebutnya tudingan yang kejam. Bagaimana surat itu? Inilah surat tersebut.
From: eli cohen
Date: Sun, 30 Jan 2011 14:36:16 +0700
To: <sby@presiden.go.id>; <redaksi@bolanews.com>; <topskor@cbn.net.id>
Subject: Mohon Penyelidikan Skandal Suap saat Piala AFF di Malaysia
Kepada Yth. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Republik Indonesia
Di Jakarta
Dengan Hormat, Perkenalkan nama saya Eli Cohen, pegawai pajak dilingkungan kementrian Keuangan Republik Indonesia. Semoga Bapak Presiden dalam keadaan sehat selalu.
Minggu ini saya membaca majalah tempo, yang mengangkat tema khusus soal PSSI. Saya ingin menyampaikan informasi terkait dengan apa yang saya dengar dari salah satu wajib pajak yang saya periksa dan kebetulan adalah pengurus PSSI (maaf saya tidak bisa menyebutkan namanya) . Dari testimony yang disampaikan ternyata sangat mengejutkan yaitu adanya dugaan skandal suap yang terjadi dalam Final Piala AFF yang dilangsungkan di Malaysia.
Disampaikan bahwa kekalahan tim sepak bola Indonesia dari tuan rumah Malaysia saat itu adalah sudah ditentukan sebelum pertandingan dimulai. Hal ini terjadi karena adanya permainan atau skandal suap yang dilakukan oleh Bandar Judi di Malaysia dengan petinggi penting di PSSI yaitu XX dan XXX (ia menulis inisial dua nama, Red).
Dari kekalahan tim Indonesia ini baik Bandar judi maupun 2 orang oknum PSSI ini meraup untung puluhan miliar rupiah.
Informasi dari kawan saya, saat dikamar ganti dua orang oknum PSSI ini masuk ke ruang ganti pemain (menurut aturan resmi seharusnya hal ini dilarang) untuk memberikan instruksi kepada oknum pemain. Insiden “laser” dinilai sebagai salah satu desain dan pemicunya untuk mematahkan semangat bertanding.
Keuntungan yang diperoleh oleh dua oknum ini dari Bandar judi ini digunakan untuk kepentingan kongres PSSI yang dilangsungkan pada tahun ini. Uang tersebut untuk menyuap peserta kongres agar memilih XX kembali sebagai Ketua Umum PSSI pada periode berikutnya.
Saya bukan penggemar sepak bola, namun sebagai seorang nasionalis dan cinta tanah air saya sangat marah atas informasi ini. Nasionalisme kita seakan sudah dijual kepada bandar judi untuk kepentingan pribadi oleh oknum PSSI yang tidak bertanggung jawab.
Oleh karenanya saya meminta Bapak Presiden untuk melakukan penyelidikan atas skandal suap yang sangat memalukan ini.
Semoga Tuhan memberkati Negara ini.
Hormat Kami, Eli Cohen Pegawai Pajak
Tembusan 1. Menteri Olah Raga 2. Ketua KPK 3. Ketua DPR 4. Ketua KONI


sumber http://bola.kompas.com/read/2011/01/31/13164626/Inilah.Email.Eli.Cohen
Read More...

Andai Aku Jadi Gayus Tambunan.....

Bona Paputungan / Vivanews
Orang pasti pernah mendengar namanya atau melihat fotonya saat mengenakan  wig yang konyol itu.''
Satir, sindiran, kritik. Apa pun kesan yang bisa diresapi dari lagu berjudul Andai Aku Gayus Tambunan semestinya ia bermuara pada satu hal: bahwa agar sanggup berbicara di “frekuensi” yang sama dengan pendengarnya, lagu bisa bercerita atau bersyair tentang apa saja, bahkan masalah serius seperti kasus Gayus Tambunan. Dengan kata lain, hanya percaya pada tema asmara untuk bisa menjaring audiens yang luas adalah berlebihan (walau, barangkali, memang benar hal ini lebih mudah menemukan audiens; sebab bukankah setiap orang pernah atau paling tidak ingin merasakan cinta?).

Gayus, belakangan ini, siapa yang tak tahu? Sekurang-kurangnya orang pasti pernah mendengar namanya atau melihat fotonya saat mengenakan wig yang konyol itu. Dia bukan tokoh roman percintaan yang populer. Dia tak punya kisah asmara yang mengharubirukan perasaan siapa saja. Dia adalah antagonis, seseorang yang menjadi tersangka kasus besar mafia hukum dan mafia perpajakan yang kebetulan melakukan tindakan-tindakan luar biasa yang menunjukkan betapa, seperti digambarkan dalam syair Bona, “hukuman bisa dibeli”.

Pasti tak semua orang mau tahu bagaimana sebenarnya kedua mafia itu membelit instansi pemerintah, penegak hukum, dan barangkali juga organisasi politik, sehingga transaksi untuk mengakali dan mengelak dari sanksi hukum bisa dilakukan. Tapi ada satu titik yang mempertemukan kepentingan siapa pun: mereka paham betapa praktek kotor penginjak-injakan hukum yang melibatkan birokrat, pengusaha, dan politikus serta ketidakdilan sedang berlangsung.
Bona Paputungan memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan kekecewaan, kejengkelan, dan keputusasaan terhadap bobroknya sistem hukum --dan apalagi moralitas --di negeri ini.


Dan di situlah Bona Paputungan memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan kekecewaan, kejengkelan, dan keputusasaan terhadap bobroknya sistem hukum --dan apalagi moralitas --di negeri ini.

Melalui Andai Aku Gayus Tambunan, lelaki 30 tahun ini, sadar atau tidak, telah melontarkan satu lagu protes. Inilah yang nyaris hilang dalam lanskap musik kita, sebab hampir tak ada musisi yang peduli terhadap apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat atau di negara ini.

Tentu saja, kita bisa mengatakan bahwa Bona punya pengalaman pahit yang bisa dia ceritakan dan kebetulan bertolak belakang dengan apa yang dialami Gayus: dia pernah dibui tanpa bisa keluar untuk pergi ke mana-mana. Bagi seniman, pengalaman langsung, dalam hal apa pun, akan lebih berperan sebagai dorongan kuat untuk berekespresi dan berkreasi.

James Joyce menghasilkan A Portrait of the Artist as a Young Man berdasarkan jalan hidupnya. Pramoedya Ananta Toer menerbitkan Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, yang merupakan kumpulan tulisannya semasa dalam tahanan di Pulau Buru. Banyak lagi karya lain yang berlatar belakang serupa --yang merupakan otobiografi penciptanya.

Tetapi jika semua seniman harus melalui tahapan seperti itu untuk menghasilkan karya, rasanya di dunia ini tak bakal berlimpah karya besar. Dalam kenyataannya, banyak juga karya --seni rupa, puisi, prosa, tari, drama, lagu, apa pun --yang cenderung merupakan refleksi dari suatu keadaan; karya-karya ini berasal dari pengamatan dan renungan, juga empati, penciptanya terhadap situasi tertentu, bukan pengalaman langsung. Dalam musik, lagu-lagu protes hampir selalu berpijak pada situasi tertentu itu.

Dengan kata lain, yang berfungsi dalam penciptaan karya-karya semacam itu adalah kepekaan. Untuk berkreasi, seorang seniman tak harus menjadi tenaga kerja wanita yang direndahkan dan disiksa di luar negeri, atau orang miskin yang harus digusur dari suatu kawasan di perkotaan, atau Nenek Minah di Ajibarang, Banyumas, yang mesti menjalani hukuman satu bulan dengan masa percobaan tiga bulan lebih karena memetik tiga butir kakao di perkebunan milik PT Rumpun Sari Antan. Dia hanya perlu mengasah sensitivitas, dan punya kepedulian.

Dan itulah sesungguhnya yang dilakukan Bona, walau dia menghubungkannya dengan pengalaman pribadinya --dan meskipun, barangkali, dia punya alasan lain. Kasus Gayus, kita tahu, baru satu hal dari beragam kecompang-campingan di negeri ini. Ada banyak persoalan genting lainnya, karut-marut sosial politik, ketidakadilan, dan krisis moral, yang sebenarnya bisa menjadi sumber ilham bagi musisi mana pun. Soalnya tinggal ada kepedulian atau tidak.
 
sumber : http://id.omg.yahoo.com
Read More...

HUKUM MATI GAYUS ATAU BUBARKAN SAJA REPUBLIK INI.....!!!



Wuih serem judul posting ini........?????!!! tapi apa mau dikata bosan, bosan dan bosan mendengar kasus-kasus mafia hukum plus oknum-oknum aparat goblok. Maaf kenapa kali ini saya kok agak kasar "ngomongnya" , capek hati ini, sakit hati ini mendengar kasus-kasus yang ada di tanah airku yang ku cinta ini. Itu pun yang terungkap, bisa jadi yang tidak terungkap lebih banyak lagi. Makanya nggak heran banyak gelandangan, orang miskin dan pengangguran di sekitar lingkunganku. Goblok sekali lagi Goblok aku mengumpat kepada diriku sendiri mengapa aku hanya seorang blogger  miskin dengan kantong cekak alias pas-pasan untuk beli sebungkus rokok yang menemaniku di depan komputer tidak bisa berbuat apa-apa. Dulu aku pikir ribuan blogger kelas kambing kaya diriku kalau posting kasus-kasus korupsi mungkin sedikit membantu membuat sanksi sosial para pelaku korupsi. Eh....ternyata boro-boro merasa menderita....ternyata para pelaku korupsi masih mandi uang, nyawer sama oknum aparat goblok, dan diperlakukan seperti seorang raja. Bisa jadi keluarga oknum aparat tadi, malam ini dengan bangganya sedang clubbing sekaligus mamerin mobil barunya kepada temen-temennya. Putus asa dah buat postingan kasus-kasus korupsi.....kayanya nggak ada gunanya lagi, mendingan mostingin model-model cantik......bisa menghibur hati ini dari pada mostingin si Gayus Goblok dan mahluk-mahluk sejenisnya. Goblok............ada kecoa masuk ke gelas kopiku............! tadinya kecoa itu mau kubunuh, tapi setelah kuamati kecoa tadi bukan pelaku korupsi.....kayanya kecoa satu ini kecoa jujur, mencuri kopiku sebatas kebutuhan perutnya. Seandainya Gayus Goblok yang mencuri kopiku ....KUBUNUH DIA !!!
Read More...

Hah .. Gayus Sudah 68 Kali Keluar Tahanan .... !! Sakti Bener Dia..

Metrotvnews.com, Jakarta: Gayus...Gayus! Bekas pegawai Ditjen Pajak itu kini kembali bikin ulah. Dia memang lihai, apalagi disokong dengan duit miliaran rupiah di kantongnya.

Hukum seperti ada di tangannya. Usai membikin gempar dengan kasus penggelapan pajak ratusan miliar rupiah yang diotakinya, Gayus kini diduga menyogok 9 petugas Rutan Mako Brimob agar bebas pelesir ke mana-mana.

Nyatanya memang demikian. Pemilik nama lengkap Gayus Halomoan Tambunan itu belakangan diketahui sudah 68 kali keluar dari bui. Agar semua berjalan mulus, dia memberikan upeti Rp 370 juta kepada Kepala Rutan Komisaris Polisi Iwan Siswanto.

Sumber Metro TV yang tak ingin disebutkan namanya di Jakarta, Kamis (11/11), menuturkan, Gayus bisa leha-leha sejak Juli 2008. Terakhir dia kedapatan nonton turnamen tenis di Bali.

Tapi bukan Gayus saja yang berbuat demikian. Sumber Metro TV menambahkan, Susno Duadji dan Wiliardi Wiazard pun pernah melakukan hal yang sama. Susno pernah pelesir dengan menyogok petugas rutan Rp10 Juta.

Sementara Wiliardi memberi uang pelicin Rp15 juta. Bila ditotal, tambah sang suber, uang suap yang mengalir ke kantong Iwan cs lebih dari Rp 300 juta. Luar biasa!(**)

sumber
Read More...

HUKUM MATI GAYUS..........................!

 

Ruhut: "Saya Kira Gayus Tambunan Harus Dihukum Mati"
Semua orang geregetan dengan ulah Gayus Tambunan yang masih saja menyuap saat di tahanan. Termasuk Anggota Komisi III DPR, Ruhut Sitompul.
Ruhut geram dan meminta agar Gayus dihukum mati saja.

"Walaupun aset sudah disita, dia bisa mengancam menyanyi kepada mafia di luar kalau dia tidak dikasih uang. Kayaknya dia tidak merasa berdosa, saya kira Gayus harus dihukum mati biar tidak melakukan perbuatannya menyuap polisi lagi," ujar Ruhut kepada deetikcom, Sabtu (13/11/2010).

Ruhut meminta Gayus dihukum mati bukan tanpa sebab. Ruhut tak mau Gayus melenggang bebas dari tahanan karena membeli hukum.

"Apalagi saya lihat ada penilaian psikolog dia psikopat, itu kan bahaya, dia bias-bisa tidak dihukum dan bebas begitu saja," keluh Ruhut.

Ruhut kemudian berharap Polri terus mengembangkan kasus Gayus hingga mengarah ke sejumlah oknum di luar penjara yang terus mensuplai uang kepada Gayus. Menurut Ruhut, Gayus sudah menjadi sosok yang ditakuti di kalangan mafia pajak.

"Dalam kasus ini perlu dikembangkan, jangan Gayus tambunan sudah menjadi jagoan dia sudah merasa punya ATM dimana-mana yaitu orang yang bersekongkol dengan dia dalam penggelapan pajak," papar Ruhut.

Di internal Kepolisian, Ruhut mendorong agar terus dilakukan pembersihan. Ruhut curiga Gayus sudah menyuap sejumlah aparat Kepolisian.

"Oleh karena itu semua oknum yang terlibat dengan Gayus sampai petingginya di Kepolisian harus dihukum seberat-beratnya sampai dipecat karena sangat mencoreng citra penegakan hukum kita di tengah musibah," pinta Ruhut.

Kepada Kapolri, Ruhut meminta terus mendorong anak buahnya mengusut kepergian Gayus ke Bali. Menurut Ruhut, hal ini sangat mencoreng citra penegakan hukum di Indonesia.

"Saya yakin Kapolri tidak terlibat. Tapi saya minta Kapolri jemput bola usut ini," pungkasnya.

ZONAINDO.COM
Read More...

Ternyata Gayus Ke Bali Berlibur Bersama 5 Orang Anggota Polisi

 
 
Mabes Polri serius menindaklanjuti dugaan Gayus Halomoan Tambunan yang pelesiran ke Bali saat meninggalkan Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. Informasi yang diperoleh penyidik, mantan pegawai Ditjen Pajak itu ”ditemani” lima petugas rutan selama berada di Pulau Dewata itu.

”Dia tidak pergi sendiri, tapi dikawal lima petugas rutan anak buah Kompol Iwan Siswanto (Kepala Rutan Mako Brimob, red),” ucap salah seorang sumber JPNN di lingkungan Mabes Polri, Sabtu (13/11). Sebagai imbalan, Gayus yang juga terdakwa kasus mafia pajak itu memberikan servis terbaik kepada lima petugas rutan Mako Brimob yang mengawalnya itu.

Tidak tanggung-tanggung fasilitas yang diberikan Gayus untuk lima polisi berpangkat bripda dan briptu itu selama di Bali. Untuk penginapan, mereka menginap di hotel yang sama dengan Gayus. Yakni Hotel Westin Nusa Dua Bali, yang termasuk kategori hotel bintang lima.

Bahkan, beberapa di antara lima petugas itu juga difasilitasi Gayus untuk menyaksikan pertandingan tenis Commonwealth Bank Tournament of Champions 2010, di Nusa Dua, Bali. Di turnamen internasional itulah, sosok yang diyakini Gayus terbidik oleh kamera dua fotografer dari dua media cetak ibukota.

Untuk membuktikannya, penyidik Bareskrim Polri rencananya akan membawa lima petugas itu ke Bali, Senin (15/11) besok. Mereka akan melakukan olah TKP (tempat kejadian perkara). “Rencananya kami akan bawa mereka ke Bali besok Senin,” kata sumber tadi.

Lima petugas itu merupakan bagian dari sembilan petugas Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, yang telah ditetapkan sebagai tersangka. Seperti diketahui, sembilan petugas rutan, termasuk Karutan Kompol Iwan Siswanto, menjadi tersangka karena menerima suap dari Gayus. Suap itu merupakan uang pelicin dari Gayus untuk bisa keluar rutan.

Penyidik akan membawa lima petugas rutan itu ke tempat-tempat yang dikunjungi saat bepergian ke Bali. Misalnya hotel, lokasi pertandingan tenis dan tempat-tempat lainnya. Sumber tadi menyebutkan, keikutsertaan lima petugas itu selain mengawal Gayus juga untuk membantu penyamaran suami Milana Anggraeni itu.

Lebih lanjut perwira menengah (pamen) ini menerangkan, pengawalan yang dilakukan petugas itu seizin Kepala Rutan Kompol Iwan Siswanto sejak Rabu (3/11). Namun, mereka tidak melaporkan bahwa tujuan kepergiannya ke Bali.
Hingga akhirnya, Sabtu (6/11), beredar foto Gayus yang sedang menyaksikan turnamen tenis di Bali. “Iwan bingung lihat foto Gayus pakai wig,” ucapnya..

Dia langsung memerintahkan anak buahnya pulang. Gayus pun dijemput di rumahnya di kawasan Kelapa Gading Jakarta Utara pada Sabtu malam. Tak tanggung-tanggung, yang menjemput Gayus adalah tim Densus 88 Anti Teror.

Bahkan sumber lain, masih di kalangan penyidik mengatakan, saking paniknya, Kabareskrim Komjen Pol Ito Sumardi mengeluarkan perintah tembak di tempat kepada Gayus. “Kalau sampai melebihi hari Sabtu pukul 00.00, Gayus tidak ketemu tembak di tempat,” ucapnya.

Dikonfirmasi mengenai rencana penyidik membawa lima tersangka itu ke Bali, Kabareskrim Komjen Pol Ito Sumardi belum mau membeberkannya.

“Belum. Belum, itu nanti,” kata Ito saat dihubungi jpnn, tadi malam.

Ito juga enggan memberikan keterangan tentang perkembangan penyidikan terkait dengan suap Gayus ke petugas rutan Mako Brimob. “Masih sama dengan penjelasan saya kemarin. Nanti saja biar disampaikan Kadiv Humas,” elak Ito yang mengaku masih menghadiri resepsi perkawinan lantas menutup telepon.

Dalam kesempatan sebelumnya, Ito membantah memberikan perintah tembak di tempat bagi Gayus. Namun perintahnya adalah upaya paksa terhadap Gayus.
KPK Ambil Alih Kasus

Di bagian lain, Mahkamah Konstitusi (MK) memberi usulan deadline dua minggu bagi Polri untuk merampungkan kasus dugaan praktik pelesiran Gayus itu. Jika tak ada hasil memuaskan dalam tenggang waktu itu, MK meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengambil alih kasus tersebut.

”Ini kan masih empat hari. Jangan emosional dulu. Kita beri waktu dua minggulah. Setelah dua minggu, kita lihat hasilnya dan kita nilai bersama-sama,” ujar Ketua MK Mahfud MD di Jakarta, kemarin. Mahfud masih percaya Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo mampu merampungkannya.

Alasannya, kata Mahfud, Timur tidak tersandera oleh dosa-dosa masa lalu. Dia juga tidak sepakat bila masyarakat menyalahkan Timur. Sebab, jenderal polisi kelahiran Jombang itu adalah orang baru di elit korps Bhayangkara.

“Dia memang orang lama di kepolisian, tapi dia adalah orang baru di elit,” katanya.

KPK, kata Mahfud, memiliki kewenangan untuk mengambil alih. Dalam UU KPK disebutkan bahwa lembaga antikorupsi itu berwenang melakukan supervisi terhadap penegak hukum. ”Tapi kalau saya ketua KPK, saya ambil alih sekarang kasus itu,” katanya lantas terkekeh.

Menurut Mahfud, tindakan Gayus tersebut benar-benar mencedarai rasa keadilan masyarakat. Karena itu, dia meminta Gayus dihukum seberat-beratnya.

“Kalau bisa lebih seumur hidup. Orang-orang seperti itu yang merusak Indonesia. Waktu dia diwawancarai, hanya ketawa-ketawa seperti tak berdosa. Padahal jutaan orang dimiskinkan,” kata Mahfud.

Menurut Mahfud, rakyat Indonesia sangat dirugikan dengan sikap dan mental para koruptor seperti Gayus. “Ribuan orang dimiskinkan oleh dia. Orang-orang seperti itu tidak hanya dihukum berat, tapi juga harus dimiskinkan,” tegas Mahfud.

Menanggapi usulan itu, Wakil Ketua KPK M. Jasin mengatakan, pihaknya tidak akan begitu saja mengambil penyidikan kasus itu dari tangan kepolisian.

“Mengenai itu (penanganan kasus Gayus), KPK menyerahkannya kepada pihak kepolisian. Ambil alih kasus itu harus ada syarat-syaratnya,” tulis pesan singkat Jasin kepada JPNN tadi malam.

Pengambilalihan perkara oleh KPK dari lembaga penegak hukum lainnya, lanjut Jasin, telah diatur dalam pasal 9 UU No 30 Tahun 2002 tentang KPK. Dalam pasal tersebut, disebutkan bahwa suatu kasus bisa diambil alih lembaga superbodi itu jika proses penanganannya berlarut-larut tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Selain itu dalam pasal 9 huruf d dijelaskan, jika penangangan tindak pidana korupsi itu mengandung unsur korupsi, maka KPK juga bisa mengambil alihnya. (jpnn)

sumber
Read More...

Kisah Lucu Pak Camat Yang Menasihati Istri Gayus.


Ini adalah kisah dari seorang Camat Kelapa Gading yang cukup menggelikan. Membaca kisah ini rasanya seperti membaca sebuah cerita komedi. Berawal dari Camat Kelapa Gading Jupan Royter Tampubolon membantah kabar yang menyebutkan Milana Anggraeni atau Rani (istri tersangka Gayus Halomoan Tambunan) kini telah pindah kerja ke kantor Kecamatan Kelapa Gading. " Tidak benar itu. Dia belum bekerja di sini," kata Jupan saat dihubungi, pada hari Kamis tanggal 11 November 2010.
Namun Jupan mengakui, sekitar empat bulan yang lalu ada seorang perempuan menghadap dirinya untuk mutasi ke Kelapa Gading. Alasannya karena lokasi rumah perempuan itu berada di wilayah Kelapa Gading. "Waktu saya lihat curriculum vitae dia, ternyata bagus sekali. Nilai indeks prestasi dia  3,4. Dia juga lulusan Universitas Indonesia," kata Jupan.
Sewaktu wawancara, wanita itu bercerita telah mempunyai dua anak dan suaminya bekerja di Departemen Keuangan. Melihat daftar riwayat hidup yang baik, Jupan akhirnya menyetujui wanita yang disapa Rani itu untuk dipindahkan ke Kecamatan Kelapa Gading. "Posisi saya hanya memberikan rekomendasi, sedangkan yang memutuskan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi DKI Jakarta," ujar Jupan.
Setelah mendapat rekomendasi itu, Rani pun keluar dari ruang kerja Jupan. Beberapa saat kemudian, Jupan bertemu lagi dengan Rani. Saat bertemu itu, Jupan mencoba memberikan nasihat atau pesan moral kepada Rani. "Suami kamu kan bekerja di Departemen Keuangan, bilangin dia, jangan mudah tergoda uang seperti Gayus. Eh, ternyata Rani bilang, 'saya istri Gayus, Pak'," kata Jupan sambil tertawa mengenang  peristiwa itu.
Walau sedikit malu akibat perkataannya, Camat Jupan mengaku mencoba untuk profesional. "Saya langsung minta maaf. Tetapi saya bilang juga apa yang dilakukan Gayus tidak benar, dan saya tetap memberikan rekomendasi saya karena yang bermasalah adalah suami dia," ungkap Jupan..

editor:Opung, Glori K. Wadrianto;foto Jupan Royter:igading.com
Read More...

Wah Perempuan Sangat Mirip Istri Gayus Tambunan Juga Tonton Tenis di Bali


Foto: Agus Susanto/Kompas & Facebook Milana Jakarta 

Di jajaran penonton tenis Commonwealth Bank Tournament of Champions 2010 yang digelar di Nusa Dua, Bali, ternyata tidak hanya ada laki-laki berwajah mirip Gayus Tambunan. Perempuan berwajah sang sangat mirip dengan Milana Anggraeni, istri Gayus, ternyata juga ikut menonton.

Hal itu terlihat dalam foto yang dilansir harian Kompas, Rabu (10/11/2010). Foto jepretan fotografer Agus Susanto itu mejeng di halaman empat harian nasional itu. Foto tersebut melengkapi sebuah berita berjudul '9 Polisi Dibebastugaskan'.

Dalam foto itu, perempuan yang sangat mirip dengan Milana itu berdiri di belakang pria yang mirip dengan suaminya, Gayus. Perempuan itu berkemeja kuning hitam dipadu topi hitam. Perempuan itu tampak memandang ke arah yang sama dengan pria mirip Gayus.

Sementara itu pria mirip Gayus terlihat berdiri sambil memegang ponselnya. Pria berkacamata itu terlihat sedang mengabadikan sesuatu dengan handphone. Pria mirip Gayus itu terlihat serius.

Apakah perempuan bertopi itu benar-benar Milana? Belum bisa dipastikan. Namun dari foto Milana yang dimiliki detikcom, wajah perempuan dalam foto itu memang sangat mirip dengan foto Milana..

Sedangkan Gayus, hingga kini masih membantah pria tersebut adalah dirinya. Sebelumnya, Gayus menegaskan tidak pernah keluar dari sel. Namun hari ini, Gayus meralat omongannya dan mengakui dirinya memang sempat keluar dari tahanan untuk berobat.

Lantas bagaimana dengan keberadaannya di Bali pada pertandingan semifinal tenis Commonwealth pada Jumat (5/11/2010)? Hingga kini, Gayus masih tetap membantah.
(ken/asy) 

detiknews.com
Read More...

Gayus Tambunan di Bali, Mirip Atau Beneran Ya ..??!..

Pria mirip Gayus Tambunan (Foto: Jakarta Globe)
http://hanyaberita.com/wp-content/uploads/2010/11/gayus-tambunan.jpg

Gayus Tambunan yang kini tengah menjalani masa tahanan di Rutan Brimob, Kelapa Dua, Depok diisukan bisa bebas berkeliaran.
Isu ini mulai mencuat saat sebuah media massa cetak, Jakarta Globe, menampilkan foto seorang pria mirip Gayus sedang menyaksikan pertandingan tenis di Nusa Dua, Bali.
Alhasil, foto itu kini menjadi pembicaraan hangat.
Lantas apa tanggapan Mabes Polri?
Mabes Polri ternyata belum dapat memastikan apakah betul pria yang ada di dalam foto itu yang mengenakan rambut palsu dan kacamata adalah benar Gayus Tambunan.
“Saya tidak tahu namun kalau memang benar (Gayus) akan kita kroscek dulu termasuk pesawat yang digunakan. Kalau ke Bali kita akan cek pesawatnya, ke Bali itu untuk kepentingan apa,” kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Iskandar Hasan di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (8/11/2010).
Sementara, soal isu kaburnya Gayus Sabtu kemarin, Iskandar mengatakan, pihaknya masih belum dapat mengetahui hasilnya.
“Karena pemeriksaan sendiri masih berlangsung dan belum dapat kita sampaikan. Namun pihak kita sudah melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Sampai sekarang masih terbatas sekali,” ujarnya.
Iskandar menambahkan, Kabareskrim Komjen Pol Ito Sumardi telah menurunkan perintah untuk segera mengkroscek soal isu kaburnya Gayus tersebut.
Untuk diketahui, pada Sabtu 6 November lalu Gayus juga diisukan kabur dari Rutan Brimob, Kelapa Dua, Depok. Namun hal itu dibantah Mabes Polri dengan mengatakan bahwa Gayus hanya berobat ke luar dengan pengawalan dan sudah kembali pada malam harinya.
(lsi)

sumber: news.okezone.com
Read More...

The World’s Most Corrupt Nations 2009

Corruption in nearly half the world’s nations is not getting much better and, indeed, in many countries is intensifying–affecting virtually every aspect of life among peoples on every continent.
While a year ago, some 72 out of 158 nations surveyed by the international watchdog group Transparency International were classified as “corrupt,” now 74 of 163 countries fall into the same category. A few, most notably India, managed to bootstrap themselves (just barely) out of the truly corrupt group, while others, particularly Iran, dug themselves more firmly into that camp.
Haiti

The police continue to be a central factor in corruption in Haiti, though there is corruption in virtually every governmental body. Since the police are also the officials closest to every individual on a daily basis, it is their corruption that changes the nature of daily life in Haiti, permeating all society and the way business is done.
Myanmar
Corruption is perceived as widespread in this vicious dictatorship run with an iron hand by a strong-willed clique of military leaders, who persist in repression of civil society at every level. Illicit facilitation payments and informal fees are required to access even the most basic government services.
Iraq
Huge quantities of funds– especially American military and reconstruction aid funds–swirling through this nation, where many civil structures have largely broken down, is a recipe for corruption at all levels. Beyond kidnappings and ransom payments, TI officials say their survey was conducted in the first half of 2006 when funds being handled by the Coalition Provisional Authority were largely exhausted and no longer being disbursed. So the Iraqi government, where corruption is said to be rampant, was in charge of its own funds. International businessmen from a range of countries converging on Baghdad found finance, export credits, contracts and a host of more mundane functions of government all subject to illicit payments.
Guinea
Guinea has been in a political crisis state for at least three years. Though the current, corrupt president has been in power for 20 years, strong pressure has been building from the public for a change of regime. A public strike that lasted one month finally ended a month ago. There was outright civil strife, obliging the president to appoint a new prime minister. The most controversial, and corrupt, deals surround the mining sector, particularly aluminum. Among foreign businessmen, the general view, according to the TI survey, was that to do business in Guinea you needed “to pay off the guy at the top.”
Sudan
The key event was the switch from a Canadian company that dominated oil drilling in Sudan, the No. 3 oil producer in Africa, to a Chinese company that took over the contract after the Canadians found corruption and an outrageous human rights record was too rife to be able to continue functioning. China is now responsible for 90% of all oil production in Sudan, which also controls oil flow down a large pipeline through southern Sudan to the sea. Chinese officials have declined any comment on the human rights situation, and TI officials say they are “not too worried about having to pay off the Khartoum government.”
Democratic Republic Congo/Kinshasa
Copper in Katanga, and in the rest of the country, gold, uranium and especially coltan, a rare mineral that’s in every cell phone chip, still drive the corruption that remains rampant in this African nation. A presidential election did little to stop the corruption or the resulting violence that erupted again last month in downtown Kinshasha, the nation’s capital. The president is the principal recipient of routine payments by the mining companies who apparently are prepared to play the very lucrative payoff game that remains as endemic now as it was back during the regime of one of Africa’s historically most corrupt leaders, Mobutu Sese-Seko.
Chad
Chad has dropped from No. 1 to No. 7 this year as international aid agencies, particularly the World Bank, have sought to come to grips with one of the world’s most piggish uses of philanthropic funds. Proceeds of a Chad- Cameroon oil pipeline, funded in part by the World Bank and operated by an Exxon Mobil-led consortium, were supposed to have been used to help feed the desperately poor people of both nations. Instead, at least $30 million was diverted to buy arms to keep the government of President Idriss Deby in power. The World Bank, whose president, Paul Wolfowitz, was deeply embarrassed by the fiasco, halted funding more than a year ago, but reached an accord with Chad last July. According to TI officials, the jury’s still out on how effectively it will be implemented.
Bangladesh
There continues to be a general lack of engagement between the government and civil society as repression, corruption throughout government ranks and especially in the judiciary and political circles persists, often spilling over into the private sector. In March, the new military-backed government jailed at least 40 prominent business and
government leaders from two of the leading political parties in what was described as an ongoing probe of corruption, but TI officials are little impressed. Still, after five straight years at the top of the list, Bangladesh has signed the United Nations convention against corruption and has now dropped to No. 8.
Uzbekistan
The most corrupt of the five former Soviet Republics on our list, Uzbekistan is sinking ever deeper into corruption and unrest–in constant turmoil and strife under what the U.S. State Department describes as the authoritarian rule of President Islam Karimov, a communist apparatchik holdover of the old regime, which, while violently suppressing opposition, encourages corruption that permeates society, including the executive branch. Bribery will win you everything from admission to leading educational institutions to a favorable outcome of traffic cases and civil lawsuits.
Equatorial Guinea
One of the world’s smallest oil powers, it is also among the most corrupt. Still, possibly under pressure from the major oil companies that operate there, particularly Exxon Mobil, things have improved a trifle, though the corrupt President Teodoro Obiang Nguema remains in power. Now, though, it’s becoming possible to operate a business on a reasonable basis, provided one accepts that 30% of all funds, including oil profits go straight into the pocket of Nguema. Still, the system of corruption now is more rational and orderly than the previous system that amounted to near-total anarchy.

www.crystalkiss.com

Read More...

Video Gallery